Total Tayangan Halaman

Followers

Rabu, 19 September 2012

Ringkasan Film John Snow (Kolera)


RANGKUMAN FILM
Wabah Besar London (1665-1666) adalah wabah penyakit di Kerajaan Inggris (sekarang Britania Raya) yang membunuh sekitar 100.000 orang, atau 20 persen penduduk London.. Penyakit yang berjangkit diidentifikasi sebagai penyakit pes, yaitu infeksi oleh bakteri Yersinia pestis, yang ditularkan melalui kutu. Penyakit ini telah datang di Eropa 300 tahun sebelumnya dan dikenal sebagai "Maut Hitam" dan kembali tiap 10 tahun. Wabah Besar London merupakan wabah besar terakhir. Epidemi The 1665-1666 berskala jauh lebih kecil dibandingkan pandemi Maut Hitam sebelumnya, yang terjadi antara 1347-1353 di Eropa. Wabah tahun 1665 hanya dikenang sebagai "wabah besar" karena merupakan salah satu wabah terakhir di Ingggris.

Sejak Revolusi Industri di Inggris, London menjadi kota yang maju dengan pesat. Tapi sayang, tidak diimbangi dengan kemajuan teknologi pengelolaan limbahnya. Kotoran manusia dan limbah pabrik sama cepatnya memenuhi dan meluap dari saluran air yang ada. Hii... Kota menjadi sangat kotor dan bau dimana-mana. Tidak hanya itu, London juga tiba-tiba diserang wabah penyakit yang mematikan, tahun 1848 London terkena epidemi kolera. Kolera menyebar di saat sanitasi yang rusak parah. Maka parlemen membentuk komisi saluran air metropolitan untuk mengatasi saluran air.
Ditunjuklah seorang insinyur handal, Joseph Bazalgette untuk mengamati apa yang terjadi pada sistem saluran air di kota London. Ia berjalan menyusuri gorong-gorong air bawah tanah. Ia menemukan gorong-gorong yang seharusnya mengalirkan air hujan saja, malah dipenuhi lumpur kotoran manusia, limbah pabrik, dan limbah lainnya. Kotoran pun ada yang sampai naik kembali ke atas permukaan tanah, ke lantai rumah-rumah kota, dan menjadi masalah.
Kotoran tersebut juga menimbulkan bau menyengat, yang disebut oleh penduduk sebagai racun tanah atau MIASMA. Miasma dianggap pula sebagai bau penyebab timbulnya penyakit kolera. Kolera saat itu sungguh sangat mengancam, sudah 14000 lebih warga yang meninggal. Namun parlemen belum juga memberikan dana untuk membersihkan kota.

Di tengah-tengah keterbatasan, Bazalgette menemukan ide yang mencengangkan untuk menyingkirkan kotoran dari kota. Yaitu dengan membuat saluran baru lagi, meski biaya cukup besar, hingga kotoran dibuang ke laut. Ia mengajak timnya untuk survey lapangan, memperkirakan jalur-jalur saluran bawah tanah yang akan ia buat.
Dengan perhitungan yang teliti, sehingga menghasilkan kecepatan aliran air yang cermat, dengan memanfaatkan gravitasi dan dibantu tekanan pompa berkekuatan tinggi (yang saat itu belum pernah ada yang dirancang untuk memompa air dengan volume sebesar itu) dari suatu titik temu untuk dibawa oleh air pasang dan terbuang ke laut. Akhirnya selesailah rancangan hasil pengamatannya berbulan-bulan. Sayangnya rancangannya tetap ditolak untuk didanani parlemen. Berkali-kali ia rancang ulang dengan harga yang lebih rendah. Tetap saja ditolak.
Sementara di belahan kota lainnya, seorang dokter epidemiologi, Dr. John Snow berhipotesa bahwa racun tanah bukanlah penyebab kolera. Ia menandai tempat-tempat distribusi wabah. Lalu ia menemukan bahwa rata-rata penderita kolera minum dari suatu sumber air yang sama. Ia menyatakan bahwa air yang terkontaminasilah sumber penyakitnya. Sayangnya hal itu diragukan banyak pihak.
Tahun 1858, ketika London dilanda kemarau, sementara penyakit kolera menyerang semua tempat, kuburan massal dimana-mana, bau kotoran tak terselesaikan dan semakin menyengat. Akhirnya parlemen setuju untuk mendanai proyek Bazalgette dan mendesak untuk segera direalisasikan. Saluran pun dibangun dengan batu bata sebagai material utama dan semen sebagai perekatnya.
Proyek tidak berjalan lancar, 3 kali kecelakaan terjadi. Banyak pekerja tewas karena keselamatan kerja yang kurang terjamin. Bazalgette mendapat cercaan langsung maupun tidak lengsung lewat media massa. Hingga proyek itu terselesaikan dan akhirnya kotoran yang menumpuk di perkotaan bisa dibersihkan juga.
Selang keberhasilan pembersihan kotoran dari kota, London masih terjangkit kolera meski jumlahnya sudah berkurang. Setelah penyelidikan yang akurat, ternyata benar hipotesa Dr.Snow bahwa air yang terkontaminasi lah yang menjadi sumber penyakitnya. Sayangnya Dr.Snow sudah meninggal sebelum mengetahui kebenaran hipotesanya. Setelah itu perusahaan air kota tersebut diadili karena memberikan air yang tidak layak bagi warga London.
London saat itu sebenarnya dilanda oleh 2 masalah yang berbeda. Kotoran membludak dan kolera yang membludak juga. Awalnya dikira saling berkaitan, ternyata sedikit kolerasinya. Tapi akhirnya London bisa terlepas dari kedua masalah tersebut. Dengan kesungguhan memperbaiki kerusakan dan masalah, kini London menjadi salah satu kota terbaik dalam perencanaan kotanya. Semuanya serba teratur dan modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar