RANGKUMAN
FILM
Wabah
Besar London (1665-1666) adalah wabah penyakit di Kerajaan Inggris (sekarang
Britania Raya) yang membunuh sekitar 100.000 orang, atau 20 persen penduduk
London.. Penyakit yang berjangkit diidentifikasi sebagai penyakit pes, yaitu
infeksi oleh bakteri Yersinia pestis, yang ditularkan melalui kutu. Penyakit
ini telah datang di Eropa 300 tahun sebelumnya dan dikenal sebagai "Maut
Hitam" dan kembali tiap 10 tahun. Wabah Besar London merupakan wabah besar
terakhir. Epidemi The 1665-1666 berskala jauh lebih kecil dibandingkan pandemi
Maut Hitam sebelumnya, yang terjadi antara 1347-1353 di Eropa. Wabah tahun 1665
hanya dikenang sebagai "wabah besar" karena merupakan salah satu
wabah terakhir di Ingggris.
Sejak Revolusi
Industri di Inggris, London menjadi kota yang maju dengan pesat. Tapi
sayang, tidak diimbangi dengan kemajuan teknologi pengelolaan limbahnya.
Kotoran manusia dan limbah pabrik sama cepatnya memenuhi dan meluap dari
saluran air yang ada. Hii... Kota menjadi sangat kotor dan bau dimana-mana.
Tidak hanya itu, London juga tiba-tiba diserang wabah penyakit yang mematikan,
tahun 1848 London terkena epidemi kolera. Kolera menyebar di saat sanitasi yang
rusak parah. Maka parlemen membentuk komisi saluran air
metropolitan untuk mengatasi saluran air.
Ditunjuklah
seorang insinyur handal, Joseph Bazalgette untuk mengamati apa yang
terjadi pada sistem saluran air di kota London. Ia berjalan menyusuri
gorong-gorong air bawah tanah. Ia menemukan gorong-gorong yang seharusnya
mengalirkan air hujan saja, malah dipenuhi lumpur kotoran manusia, limbah
pabrik, dan limbah lainnya. Kotoran pun ada yang sampai naik kembali ke atas
permukaan tanah, ke lantai rumah-rumah kota, dan menjadi masalah.
Kotoran
tersebut juga menimbulkan bau menyengat, yang disebut oleh penduduk
sebagai racun tanah atau MIASMA. Miasma dianggap pula sebagai
bau penyebab timbulnya penyakit kolera. Kolera saat itu sungguh sangat
mengancam, sudah 14000 lebih warga yang meninggal. Namun parlemen belum juga
memberikan dana untuk membersihkan kota.
Di
tengah-tengah keterbatasan, Bazalgette menemukan ide yang
mencengangkan untuk menyingkirkan kotoran dari kota. Yaitu dengan membuat
saluran baru lagi, meski biaya cukup besar, hingga kotoran dibuang ke laut. Ia
mengajak timnya untuk survey lapangan, memperkirakan jalur-jalur saluran bawah
tanah yang akan ia buat.
Dengan
perhitungan yang teliti, sehingga menghasilkan kecepatan aliran air yang
cermat, dengan memanfaatkan gravitasi dan dibantu tekanan pompa berkekuatan
tinggi (yang saat itu belum pernah ada yang dirancang untuk memompa air dengan
volume sebesar itu) dari suatu titik temu untuk dibawa oleh air pasang dan
terbuang ke laut. Akhirnya selesailah rancangan hasil pengamatannya
berbulan-bulan. Sayangnya rancangannya tetap ditolak untuk didanani parlemen.
Berkali-kali ia rancang ulang dengan harga yang lebih rendah. Tetap saja
ditolak.
Sementara
di belahan kota lainnya, seorang dokter epidemiologi, Dr. John Snow
berhipotesa bahwa racun tanah bukanlah penyebab kolera. Ia menandai tempat-tempat
distribusi wabah. Lalu ia menemukan bahwa rata-rata penderita kolera minum dari
suatu sumber air yang sama. Ia menyatakan bahwa air yang terkontaminasilah
sumber penyakitnya. Sayangnya hal itu diragukan banyak pihak.
Tahun
1858, ketika London dilanda kemarau, sementara penyakit kolera menyerang semua
tempat, kuburan massal dimana-mana, bau kotoran tak terselesaikan dan semakin
menyengat. Akhirnya parlemen setuju untuk mendanai proyek Bazalgette dan
mendesak untuk segera direalisasikan. Saluran pun dibangun dengan batu bata
sebagai material utama dan semen sebagai perekatnya.
Proyek
tidak berjalan lancar, 3 kali kecelakaan terjadi. Banyak pekerja tewas karena
keselamatan kerja yang kurang terjamin. Bazalgette mendapat cercaan langsung
maupun tidak lengsung lewat media massa. Hingga proyek itu terselesaikan dan
akhirnya kotoran yang menumpuk di perkotaan bisa dibersihkan juga.
Selang
keberhasilan pembersihan kotoran dari kota, London masih terjangkit kolera
meski jumlahnya sudah berkurang. Setelah penyelidikan yang akurat, ternyata
benar hipotesa Dr.Snow bahwa air yang terkontaminasi lah yang menjadi sumber
penyakitnya. Sayangnya Dr.Snow sudah meninggal sebelum mengetahui kebenaran
hipotesanya. Setelah itu perusahaan air kota tersebut diadili karena memberikan
air yang tidak layak bagi warga London.
London
saat itu sebenarnya dilanda oleh 2 masalah yang berbeda. Kotoran membludak dan
kolera yang membludak juga. Awalnya dikira saling berkaitan, ternyata sedikit
kolerasinya. Tapi akhirnya London bisa terlepas dari kedua masalah tersebut.
Dengan kesungguhan memperbaiki kerusakan dan masalah, kini London menjadi salah
satu kota terbaik dalam perencanaan kotanya. Semuanya serba teratur dan modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar