NAMA : Bisri Musthofa
NIM :
110110301012
Mata Kuliah : Sejarah Lingkungan
UJIAN TENGAH SEMESTER
1.
Apakah sejarah lingkungan merupakan pembaharuan Historiografi?
Sejarah lingkungan menekankan pada
kepedulian terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal manusia. Namun bukan
berarti hanya menekankan pada pembahasan terhadap lingkungannya saja, tetapi
juga membahas tentang manusia dan makhluk hidupnya yang mendiami lingkungan
tersebut. Karena sejarah lingkungan lebih berkutat pada masalah kesehatan,
terutama masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat tinggal manusia dan
makhluk hidup lainnya.
Kaitannya dengan ilmu sejarah adaah
bahwa sejarah lingkungan menerapkan dan mempelajari beberapa fenomena yang
terjadi dalam konteks sejarah yang kemudian di terapkan pada ilmu sejarah
lingkungan. Namun bukan berarti semuanya begitu saja diterapkan, tetapi tetap
ada semacam pemilihan untuk dikaji.
Ada beberapa hal yang mendasari bahwa
sejarah lingkungan merupakan pembaharuan dalam historiografi, diantaranya
adalah :
- Fokus
historigrafi hanya fokus pada hubungan horizontal (antara kelompok suku,
isu-isu politik dan sosial ekonomi)
- Sejarah
lingkungan dianggap terlalu baru dan pembahasannya juga bukan mengarah
pada sejarah, tetapi lebih mengarah ke fenomena lingkungan hidup, sehingga
hal ini menjadikan sejarah lingkungan merupakan semacam revolusi
historigrafi
- Kajiannya
pun lebih ke alam masa lampau, walaupun masih berbau masa lalu, tetapi
berbeda dengan kebanyakan sejarah lainnya yang lebih menekankan ppada
peristiwa dan konflik-konflik sosial, ekonomi, dan politik.
- Alasan
lainnya adalah bahwa sejarah lingkungan mempelajari bagaimana manusia
memanfaatkan lingkungan untuk produksi, hal ini lebih mengarah pada ilmu
ekonomi, tetapi masih di anggap sejarah karena mempelajari masa lampau.
Dari beberapa alasan tersebut juga masih
ada pembahasan dalam sejarah lingkungan yang menyangkut lebih ke lingkungan
tanpa menghilangkan aspek sejarahnya, yaitu :
- Pembahasan
sejarah lingkungan lebih mengarah pada permasalahn lingkungan pada masa
lalu dan kemudian dipelajari, setelah itu dilakukan analisis apakah dapat
digunakan untuk memecahkan masalah lingkungan saat ini.
- Perubahan
lingkungan pada masa lalu yang dampaknya terkadang masih ada hingga
sekarang, dan berusaha untuk memecahkannya ataupun sekedar untuk
mengurangi dan memperlambatnya perubahan lingkungan yang mengancam
kehidupan sekarang (Misal : pemanasan Global)
- Membahas
tentang nilai kultural dan pendangan atas lingkungan hidup yang didiami
oleh manusia yang bersangkutan.
- Juga
dibahas mengenai politik lingkungan, hal ini menyangkut tentang hukum yang
mengatur tentang lingkungan hidup.
Masalah lingkungan bagi manusia dapat
dilihat dari segi menurunnya kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan
menyangkut nilai lingkungan untuk kesehatan, kesejahteraan, dan ketentraman
manusia. Nilai lingkungan untuk berbagai bentuk pemanfaatan. Hilang dan
berkurangnya nilai lingkungan karena pemanfaatan tertentu oleh umat manusia.
Menurut Drupsteen, masalah lingkungan merupakan kemunduran kualitas lingkunagan.
Atau dengan kata lain, bahwa masalah lingkungan yang menyangkut gangguan
terhadap lingkungan antara manusia dan lingkungan bentuknya berupa pencemaran,
pengurasan, dan perusakan lingkunagan.
Semenjak adanya beberapa rentetan
musibah yang menyangkut lingkungan (banjir, tanah longsor, air bersih dll),
sejarah lingkungan mulai dianggap sebagai solusi yang nampaknya akan membantu
manusia untuk membantu mengatasi masalah lingkungan tersebut. Ini menyebabkan
sejarah lingkungan menjadi suatu pembahruan dalam konteks sejarah. Sejarah yang
semula membahas tentang fenomena-fenomena sosial, politik dan ekonomi mulai
beralih ke pembahasan lingkungan hidup.
2.
Bagaimana problem wabah kolera di London diatasi?
John Snow (1813-1858), seorang dokter di
London, sebenarnya lebih dikenal di bidang anestesi karena perannya membantu
Ratu Victoria melahirkan kedua putranya dengan menggunakan kloroform. Namun,
berkat minat dan upayanya selama bertahun-tahun mencatat, mengamati, dan
memetakan kejadian wabah kolera di daerahnya yang kemudian dibukukan dan
diterbitkannya sendiri dengan judul On the Mode of Communication of Cholera,
namanya dikenang hingga kini. Penelitiannya menjadi mahakarya klasik di bidang epidemiologi
dan berbagai kajian tentang penelitiannya masih ditulis oleh para ahli di
beberapa jurnal kedokteran terkemuka hingga kini. Pada masa-masa itu yang
menjadi masalah sosial yang utama adalah wabah kolera, yang cara penularannya
belum diketahui
Penyakit ini secara berkala melanda
Benua Eropa dan menimbulkan angka kematian yang tinggi. Setelah mewabah Benua
Eropa secara hebat pada tahun 1832, penyakit ini kemudian mengancam Kota London
pada tahun 1848 dan 1853. Snow membuat catatan-catatan tentang kejadian kasus
dan kematian yang terjadi serta berusaha merangkainya mencari jawab terhadap
penyakit kolera ini.
Dalam epidemi tahun 1848, kematian
karena kolera terutama dijumpai di daerah selatan Sungai Thames dan semakin
berkurang pada daerah yang semakin jauh dari sungai. Banyaknya kematian
ditemukan terutama pada daerah yang kebutuhan airnya dipasok oleh dua
perusahaan air (minum) swasta, Southwark and Vauxhal Water Company dan Lambeth
Water Company. Kedua perusahaan tersebut mendistribusikan air yang diambil dari
Sungai Thames melalui jaringan pipa ke rumah-rumah penduduk. Persaingan di
antara kedua perusahaan tersebut membuat jaringan pipa yang berada di sebelah
selatan Kota London kala itu dapat dikatakan semrawut, dan merupakan salah satu
faktor yang menyulitkan Snow dalam penelitiannya. Hal-hal inilah yang dapat
dihasilkan dari pengamatan Snow, sampai kejadian epidemic berikutnya pada tahun
1853.
Sementara itu, antara tahun 1848 sampai
1853, dapat dikatakan London bebas dari kolera. Ketika wabah kolera kembali
menjangkiti Kota London pada bulan Juli 1853, Snow kembali melakukan
penyelidikan di daerah selatan Sungai Thames seperti kejadian epidemi yang
lalu. John Snow mendatangi rumah-rumah yang terkena musibah dan mengadakan
penelitian tentang sumber air yang digunakan dalam rumah-rumah itu. Menurut
catatannya, jumlah kematian pada rumah yang mendapat distribusi dari Southwark
and Vauxhall Company jauh lebih besar daripada yang mendapat distribusi baik
dari Lambeth Company maupun dari perusahaan lainnya ataupun dari sumber air
lainnya, seperti dari sumur. Berdasarkan pengamatannya selama itu, Snow
memiliki dugaan kuat bahwa terdapat hubungan antara penyakit kolera dan air.
Mungkin Snow dengan penyelidikannya itu tidak akan dikenal luas seandainya
tidak terjadi wabah kolera pada tahun berikutnya. Dia meneruskan pencatatan
yang dilakukan seperti pada wabah sebelumnya dan mendapati temuan yang senada
dengan penelitian sebelumnya.
Ditengah kesibukannya mengadakan
penelitian itu, Snow tertarik dengan data tentang kematian sebesar 616 orang di
daerah Soho, di dekat rumahnya di Piccadilly. Menurut Snow, kejadian kolera di
daerah tersebut dapat dikatakan merupakan kejadian terburuk di negerinya. Tidak
seperti di bagian selatan Sungai Thames, distribusi air di daerah itu dilayani
oleh perusahaan New River dan Grand Junction. Mutu air yang diproduksi oleh
kedua perusahaan tersebut sangat jelek serta mengalir rata-rata hanya dua jam
sehari. Hal itu membuat banyak penduduk daerah tersebut mencukupi kebutuhan
airnya dari sumur-sumur yang terdapat di daerah tersebut, yang airnya lebih
jernih. Kemudian Snow memetakan semua kasus kematian itu dan perhatiannya
tertuju pada banyaknya kematian di sekitar sumur yang terletak di Broad Street.
RANGKUMAN FILM
Sepanjang
sejarah sampai awal abad XXI penyakit infeksi masih merupakan pembunuh utama
manusia. Penyakit pes atau “black death” telah menyapu ¾ populasi penduduk
Eropa dan Asia pada abad ke XIV. Tuberculosis adalah pembunuh No. 1 di England
pada pertengahan abad XIX. Pada pertengahan abad XIX angka kematian dilatar
belakangi oleh tuberculosis, typhoid, dan penyakit saluran nafas dan
pencernakan lainnya menjadi meningkat double dari tahun 1930.
Penyakit
Infeksi ditaklukkan dgn Upaya Kesehatan Masyarakat. Penemuan antibiotik juga
memainkan peranan penting, karena faktanya pada tahun 1960-an, ancaman penyakit
infeksi tampaknya mulai menurun. Tampaknya masih premature deklarasi kemenangan
terhadap perang untuk menaklukkan penyakit infeksi
Sebagian
besar penyakit wabah disebabkan oleh bakteria, virus atau parasit, yg telah
dibuktikan sejak th 1880-1890an dimana setiap tahunnya
diketemukan penyakit baru yang disebabkan oleh bakteria.
Pada
tahun 1977 dunia digegerkan dengan merebaknya penyakit tuberkulosis (TB).
Penyakit ini dapat menyerang semua kalangan usia, namun usia yang paling umum
dan paling rawan adalah pada usia 1-4 tahun. Penyakit ini menjadi momok pada
saat itu, tapi kemudian dapat diatasi dengan memberikan semacam pembunuh
bakteri. Usaha ini bisa dibilang cukup berhasil karena tingkat TB pun menurun.
Julie
Parsoner dari Universitas Stanford melakukan penelitian tentang penyakit
tuberkulosis, cacar dan polio. Namun hasilnya tidak banyak diketahui. Belum
selesai masalah penyakit-penyakit diatas, muncul lagi penyakit yang mengerikan,
yaitu ebola. Virus Ebola merupakan sebuah virus yang menyebabkan demam
hemorrhagic. Semenjak dikenal tahun 1976, Virus Ebola menyebabkan penyakit yang
fatal pada manusia maupun binatang primata (monyet, gorila dan simpanse).
Dinamakan Virus Ebola karena ditemukan pada sungai yang bernama Ebola juga yang
terletak di daerah Republik Demokratik Kongo (sekarang Zaire). Penyakit Ebola
sangat mematikan. Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan,
pendarahan dalam dan luar, dan demam. Tingkat kematian berkisar antara 50%
sampai 90%. Penyakit Ebola dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan
tubuh atau kulit. Masa inkubasinya dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5
sampai 10 hari.
Selain
faktor-faktor lingkungan yang kurang sehat, penyakit-penyakit juga dapat
ditimbulkan melalui interaksi antara alam dan manusia secara langsung. Pada
tahun 70-an, penebangan hutan merebak dan membuat hutan gundul. Kayu-kayu
diguakan untuk kebutuhan manusia. Pada waktu penebangan, pengangkutan dan
pemasaran, kayu-kayu tersebut membawa beberapa bakteri dan virus yang berbahaya
bagi manusia. Manusia tidak sadar bahwa penyakit yang berkembang di masyarakat
merupakan buah tangan mereka ketika mereka kembali dari hutan. Mereka membawa
bakteri dan virus yang kemudian ditularkan pada anggota keluarga, lalu ke masyarakat
sekitar tempat tinggal. Lama kelamaan bakteri
dan virus ini menyebar seiring dengan perpindahan penduduk yang beberapa
diantaranya membawa bakteri dan virus tersebut.
Untuk
berkembang biak, virus rnemerlukan lingkungan sel yang hidup. Oleh karena itu,
virus menginfeksi sei bakteri, sel hewan, atau sel tumbuhan untuk bereproduksi.Ada
dua macam cara virus meneinfeksi bakteri, yaitu secara litik dan secara
lisogenik. Pada infeksi secara litik, virus akan menghancurkan sel induk
setelah berhasil melakukan reproduksi, sedangkan pada infeksi secara lisogenik,
Virus tidak menghancurkan sel bakteri tetapi virus berintegrasi dengan DNA sel
bakteri,sehingga jika bakteri membelah atau berkembangbiak virus pun ikut
membelah. Pada prinsipnya cara perkembangbiakan virus pada hewan maupun pada
tumbuhan mirip dengan yang berlangsung pada bakteriofag, yaitu melalui fase
adsorpsi, sintesis, dan lisis.
Bakteri
dan virus juga dapat berpindah melalui hal-hal yang kita tidak sadari
sebelumnya. Lindsay Kickart adalah salah satu korban penyakit tetanus akibat
infeksi setelah melakukan tindik di telinganya. Dia baru menyadari bahwa dia
terkena tetanus setelah dia memeriksakan diri ke dokter dan dokter memvonis
bahwa dia terkena tetanus. Dokter beranggapan bahwa tetanus muncul setelah
terjadi infeksi luka di telinga Lindsay akibat dari tindik telinganya. Ini
memberikan pengertian bahwa virus dan bakteri dapat berkembang dan muncul di
luka-luka yang tidak terjaga kebersihannya.
Resistensi
antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan kemampuannya untuk secara
efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakter; dengan kata lain
bakteri mengalami “resistensi” dan terus berkembangbiak meskipun telah
diberikan antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk pengobatan.
Resistensi
terhadap antibiotika adalah fenomena yang alami. Bila suatu antibiotika
digunakan, bakteri yang mengalami resistensi terhadap antibiotika tersbut
memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dapat terus hidup daripada bakteri
lain yang lebih “rentan.” Bakteri yang rentan akan dapat dibasmi atau dihambat
pertumbuhannya oleh suatu antibiotika, menghasilkan suatu tekanan selektif
terhadap bakteri lain yang masih bertahan hidup untuk menciptakan turunan yang
resisten terhadap antibiotika. Beberapa resistensi timbul tanpa adanya campur
tangan manusia, bila suatu bakteri dapat memroduksi dan menggunakan antibiotika
untuk melawan bakteri yang lain, sehingga menyebabkan timbulnya seleksi alam
dalam tingkat yang lebih rendah untuk menimbulkan resistensi terhadap antibiotika.
Namun demikian, bakteri yang mengalami resistensi terhadap antibiotika dalam
jumlah yang sangat tinggi sekarang ini disebabkan karena adanya penyalahgunaan
dan penggunaan antibiotika secara berlebihan. Di beberapa negara dan melalui
internet, antibiotik dapat dibeli tanpa adanya resep dokter. Pasien
kadang-kadang minum antibiotik meskipun ia tidak membutuhkannya, untuk
mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus seperti selesma.
Beberapa
bakteri secara alami memang resisten terhadap antibiotike tipe tertentu.
Mutasi, perubahan spontan yang jarang terjadi pada materi genetis bakteri,
diperkirakan terjadi pada satu dari satu juta hingga satu dari sepuluh juta
sel. Mutasi genetis yang berbeda akan menghasilkan tipe resistensi yang berbeda
juga. Beberapa mutasi mengakibatkan bakteri dapat menghasilkan zat kimia
(enzim) yang cukup untuk menonaktifkan antibiotika, sementara mutasi yang lain
dapat menghilangkan sel yang menjadi target serangan antibiotika. Mutasi jenis
lain menutup gerbang tempat masuknya antibiotika ke dalam sel, dan mutasi yang
lain lagi menghasilkan mekanisme pemompa yang dapat mengirim antibiotika keluar
sel sehingga antibiotika tersebut tidak akan pernah dapat mencapai sasarannya.
Bakteri
bisa mendapatkan gen-gen resisten terhadap antibiotika dari bakteri lain dengan
beberapa cara. Dengan melakukan proses perkawinan sederhana yang disebut
“konjugasi,” bakteri dapat mentransfer materi genetik, termasuk kode-kode
genetik yang resisten terhadap antibiotika (ditemukan dalam plasmids and
transposons ) dari satu bakteri ke bakteri yang lainnya. Virus juga merupakan
mekanisme lain untuk menularkan sifat resistensi diantara beberapa bakteri.
Sifat resistensi turunan dari satu bakteri dikemas ke dalam bagian kepala
virus. Kemudian virus tersebut menyuntikkan sifat resisten ke dalam
bakteri baru yang diserangnya. Bakteri juga memiliki kemampuan untuk
mendapatkan DNA, “gratis” yang masih polos dari lingkungan mereka.
Bakteri
yang mendapatkan gen-gen resisten, baik melalui mutasi spontasn atau melalui
pertukaran genetis dengan bakteri lainnya, memiliki kemampuan untuk melawan
satu atau lebih jenis antibiotika. Karena bakteri dapat mengumpulkan beberapa
sifat resistensi seiring dengan berjalannya waktu, mereka dapat menjadi
resisten terhadap beberapa jenis antibiotika yang berbeda.
Secara
genetis, resistensi antibiotika menyebar melalui populasi bakteri baik secara
“vertikal,” saat generasi baru mewarisi gen-gen yang resisten terhadap
antibiotika, dan secara “horisontal,” saat bakteri berbagi atau saling menukar
materi genetis dengan bakteri yang lain. Transfer gen secara horisontal dapat
terjadi diantara spesies bakteri yang berbeda. Secara lingkungan, resistensi
antibiotika menyebar saat bakteri tersebut bergerak dari satu tempat ke tempat
yang lain; bakteri dapat menyebar melalui pesawat udara, air dan angin. Orang
dapat menyebarkan bakteri resisten pada orang lain; misalnya, melalui batuk
atau kontak langsung dengan tangan-tangan yang tidak dicuci sebelumnya.
Beberapa
penelitian untuk mengatasi resistensi antibiotik ini pun sudah dilakukan.
Banyak para ilmuwan yang terlibat untuk mengatasi masalah ini. Walaupun
terkadang hasilnya mengecewakan dan nihil, tetapi mereka telah memberikan andil
besar dalam kasus resistensi antibiotik ini. Paula Fujiwara, ilmuwan asal
Jepang yang ditugasi oleh New York untuk mengatasi kasus resistensi antobiotik
ini telah memebrikan andil cukup besar. Walaupun belum menuntaskan kasusnya,
tetapi New York telah terbantu dengan peran sertanya untuk mengatasi resistensi
antibiotik.
Mengatasi
masalah yang dihadapi terkadang tidak sesuai dengan pikiran banyak orang.
Itulah yang dilakukan oleh kota New York saat menghadapi wabah tuberkulosis
yang sedang melanda mereka. Pemerintah membuat kebijakan yang sangat
mencengangkan, yaitu mengasingkan pasien-pasien penyakit tuberkulosis di pulau
terpencil sampai mereka benar-benar sembuh. Hal ini sebenarnya mendapatkan
respon yang kurang baik dikalangan masyarakat dan aktivis kemanusiaan. Tetapi
pemerintah New York mampu meyakinkan mereka dengan alasan-alasannya yang
sehinga dapat diterima oleh masyarakat dan aktivis kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar